Monday, June 04, 2012

Rintik Hujan di Malam Hari (fiction)




Malam ini langit memerah, seperti ingin marah dan menumpahkan segala emosinya. Semakin larut hujan rintik semakin ramai membasahi pekarangan rumah. Tiba-tiba aku merasakan kembali kehangatan suasana 10 tahun lalu.
“Andi, foto dulu sini. Kebanyakan manggang ayam ntar muka lo gosong hahaha” seru Mita dari teras belakang rumah. Kamera di tangan nya sudah banyak mengambil gambar seru kehangatan mereka malam ini. Terakhir Andi mengulum bibirnya saat sedang ingin difoto.
“Lu aja sini mit, ah. Foto gue lagi manggang ayam” dengan narsisnya, Andi melirik ke mata kamera dan bergaya semaunya.
Dari kejauhan aku tersenyum geli melihat kolaborasi antara Andi dan ayam panggang nya. Aku, Mita, dan Andi memang sudah lama berteman. Hal seperti ini sudah sering kami lakukan. Dan sekarang giliran rumahku yang dijadikan tempat menginap.
“Hey, gue ikutan dong ah masa nggak diajak sih yang punya rumah. Jangaaaan jahat dong hahaha” aku berlari kecil ke tempat Andi dan Mita sedang asyik mengambil gambar. Sambil mematikan panggangan, Andi tetap eksis di depan kamera walau mukanya hanya terlihat setengah-setengah.
Udara malam ini terasa begitu dingin. Fikirku hujan akan turun sebentar lagi. Aku masuk menuju teras, disusul Andi dan Mita dengan ayam yang tadi dipanggang. Benar saja. Ketika sedang asyik makan, hujan mulai turun, rintik-rintik namun deras.
“Dalem aja yuk! Dingin banget ini udaranya” Aku masuk rumah seraya membawa makananku. Mereka menyusul ke ruang makan. Masih ada sisal auk pauk yang mama masak tadi siang.
Tiba-tiba aku teringat, lukisan Andi yang tadi sore dibuat masih ada di pekarangan. Dan sekarang pasti sudah kuyup diguyur hujan.
“LUKISAN LO!” bentakku pada Andi, karena terkaget.
Andi tersedak. Mita menyodorkan minum. Aku buru-buru ke pekarangan dan mendapati lukisan Andi sudah aman dari hujan yang ternyata sudah dibawanya masuk ketika aku sedang menerima telfon tadi sore. Aku kembali ke dalam, mereka mengulum tawa melihat raut panikku yang kini berubah jengkel. Aku gemas melihat Andi, tapi aku lebih suka mencubit halus pipi Mita yang lebih terlihat seperti anak kecil yang menyimpan makanannya di dalam mulut.
Tawa kami lepas malam itu. Hujan seperti ini yang selalu membawa kenangan itu dan aku yang selalu terhanyut kesana. Semoga mereka juga masih ingat kenangan itu walaupun sedikit dalam kesibukan mereka sekarang.
Aku menghela nafas, merasakan wangi hujan. Sejuk. Lelah yang kudapat hari ini seketika terbayarkan dengan hangatnya pelukan kenangan bersama Andi dan Mita.



-fiksi-
Ide cerita: Ramadona Yusuf (@DoonaF)
Penulis: Fiedy (@fiedyzox)
04062012